Kamu #3 - My Dark



Setelah acara selesai aku kembali ke kelas bersama Alan. Di depan kelas aku melihat ayahku duduk seperti menungguku. Aku menyambutnya.
“Bagaimana Kabarmu, Ka?”
Benar. Aku dan Ayahku jarang bertemu. Kami tak tinggal serumah lagi. Aku tinggal dengan adik dan ibuku. Kakakku sedang di Bandung untuk melanjutkan pendidikannya.
“Baik, Yah.”
“Maaf ayah gak bisa menjagamu. Azka sabar ya menghadapi ini semua. Ayah selalu ada untuk azka”
Air mata menetes melintasi pipiku, aku menangis di depan kelas. Tak peduli orang lain melihatku.

Aku kembali melihat pertengkaran orangtuaku. Saat bangun tidur, aku mendengar ibuku mengusir ayahku, jujur saja aku menangis sendiri di kamar. Dan ketika aku sudah berusaha menghapus, aku keluar kamar dan melihat ayahku membawa tas besar, pertanda ayah akan kembali ke rumah yang dulu, rumah yang akan dijual. Aku tak mengerti apa-apa. Aku hanya seorang siswa yang baru saja masuk SMP. Saat itu aku ingin ikut ayah. Namun, dilarang oleh Ibu. Hanya dari parkiran rumah aku melihat ayah pergi meninggalkanku dan adikku. Sebelum pergi, ayah melihatku cukup lama. Tak ku lihat setetes air mata pun turun dari matanya. Aku hanya menahan air mata dan kembali ke atas setelah ayah pergi.
“Ayah yakin kamu kuat. Oh, Iya bagaimana sekolahnya?”
“Seru, Yah”
walau dalam hati mengatakan kesepian, tak ada teman.
“Ini ada uang jajan untukmu, Ayah harus kembali ke kantor. Jaga diri baik-baik ya”
“iya”
Perlahan ia meninggalkanku. Aku kembali ke kelas dan masih meneteskan air mata.
“Kenapa, Ka?”
“Gak apa-apa”
“Cerita dong, kita kan temen”
Aku terdiam. Hanya menunduk ke bawah. Aku tak ingin orang lain tahu ceritaku. Aku tak ingin bercerita pada siapapun mengenai orangtuaku. 

Kini aku tinggal dengan ayahku karena nenek menyuruh ibu untuk pergi dengannya. Ibu mengajakku, namun aku menolak dan ingin tetap sekolah disini. Saat itu baru pulang sekolah, bahkan belum makan, aku menyiapkan baju dan buku untuk tinggal dengan ayah. Memang berat berpisah dengan ibu, karena aku cukup dekat dengannya. Dan saat itu ibu bertemu ayah. Tak ada senyum di wajah ibu. Ayah pun begitu. Aku hanya terdiam menyiapkan barang-barang. Dan saat itu, aku tinggal dengan ayah.

Sepanjang masa kelas 1 memang tidak ada yang menyenangkan, aku berada diperingkat 3 dan 2. Tidak masuk juara umum. Ana masuk juara umum, wajar dia memang siswi terbaik yang sering dibicarakan dikelas maupun disekolah.

Menjelang kelas 2, aku masih menyukai Tiara, yang sampai saat ini aku belum pernah menyapanya. Aku hanya memandangnya dari jauh. kami pernah berepapasan ketika menuju kelas masing-masing. Aku hanya tersenyum, dan dia membalas senyumanku. Memang indah. Dan tetap, aku tak ingin mengungkapkan perasaanku.

Kelas 1 adalah dimana aku masih menjadi anak kecil, yang banyak tidak suka melakukan apapun. Dan masih belum memiliki banyak teman. Hanya Alan yang benar-benar temanku. Aku tidak terlalu dekat dengan teman sekelas. Hanya sekadar menyapa, berdiskusi, dan bercerita. Ada kemajuan dimana aku cukup akrab dengan semua teman sekelasku. 

Chapter #4
Next Week

Hai.. ini cerita pertama yang aku tulis, jadi masih kaku dan kurang jelas 😆 Mohon maaf atas penggunaan kata atau kalimat yang kurang mengenakan. Sangat terbuka dengan kritik dan saran.
Terimakasih telah membaca artikel ini. Jangan lupa kunjungi youtube Diary Jomblo ya guys. La gon na krab.

Komentar

Postingan Populer