Kamu #1 - First Time


“Ka!”
Seseorang mengagetkan mimpi indahku
“Ada yang nyariin tuh”
“Siapa, Lan?”
Sembari membersihkan muka yang yang tak beraturan.
“Temenku, si Firman”
“Oh”
Meninggalkan Alan yang masih berdiri di samping mejaku. Hari itu memang kelas sedang sepi. Karena sebagian siswa sedang ke kantin. Hanya beberapa orang yang masih berada di dalam kelas, termasuk diriku, Azka.

Perkenalkan, namaku Azka. Seorang pribadi yang introvert. Bahkan hampir tak memiliki teman, teman yang benar teman. Hanya sebatas mengenal seseorang. Kini aku sedang mengenyam pendidikan di salah satu sekolah menengah pertama yang sangat populer di tempat aku tinggal.
“Ada apa, Man?”
“Ka, boleh lihat tugas matematika gak?”
“Oh, bentar”
Aku kembali ke kelas dan mengambil buku latihan matematika ku di bawah meja. Memang kelasku dan kelas dia guru matematika nya sama.
“Ini, Man”
“Oke. Makasih, Ka”
Firman membuka lembar demi lembar buku latihanku. Mencari soal yang sama dengannya. Dia seperti kebingungan mencari soalnya.
“Emang latihan berapa, Man?”
“Latihan 5A”
“Oh, bentar”
Aku mencari soal latihannya. Soal yang minggu kemarin baru selesai.
“Ini, Man”
“Oke. Aku balik ke kelas ya”
“Oke”
Aku kembali ke dalam kelas dan duduk di bangku kedua dari kanan baris ke dua. Selama istirahat aku biasa duduk di kelas. Karena terasa lebih menentramkan hati. Ku lihat rumah warga di bagian kanan kelas kami. Memang kelasku merupakan batas antara sekolah dengan perkampungan. Aku suka. Suka melihat aktivitas warga. Ada yang sedang menyapu halamannya, ada yang bermain, dan aku melihat petani yang baru pulang.

7H papan yang terus kulihat dari bangku. Kulihat sekeliling kelas, nampak sepi. Wajar bel istirahat sudah lama berbunyi. Walaupun sepi, masih kudengar tawa mereka yang cukup keras. Mungkin terdengar hingga ke kelas lain. 

Tiba-tiba duduk seseorang di samping kiriku. Alan. Temanku yang kenal dia sejak tugas kelompok IPS dengannya. Menurutku, dia cukup asyik orangnya.
“Ka. Aku ada informasi penting nih”
“Apa? Besok libur?”
“Bukan. Ada yang suka sama kamu lho”
“Ha?”
“Iya, Tiara anak kelas 7D”
“Oh”
“Idih cuman oh aja”
“Haha, aku gak tau harus ngapain”
Aku tidak tau siapa orangnya. Jujur saja, aku adalah orang yang mudah suka terhadap seseorang. Ketika mendengar itu pun aku merasa senang, walaupun berusaha bersikap tenang seperti biasa.

Bel berbunyi, tanda jam pelajaran akan dimulai lagi. Semua teman sekelasku masuk ke kelas dan duduk di bangku masing-masing. Aku duduk bersama Ahmad. Teman yang aku kenal ketika masih duduk di sekolah dasar, namun ketika kami kelas 2, dia pindah sekolah. 

Pelajaran waktu itu adalah pelajaran favoritku, IPA. Aku menyukai pelajaran IPA terutama fisika yang menurut orang susah untuk dimengerti. Tetapi aku menyukainya. Aku suka dengan proses untuk menemukan jawaban dari sebuah soal. Kita hanya harus tahu rumusnya dan menyelesaikannya. 

Bu Asih memberikan kami sebuah soal untuk dikerjakan. Seperti biasa, aku mengerjakannya dengan sangat serius, bahkan salah satu temanku mengatakan bahwa aku terlalu serius hingga ia memanggil pun aku tak mendengarnya. 

Masih teringat perkataan Alan. Tiara. Siapa dia? Bagaimana ia bisa menyukaiku yang bertemu saja belum? Atau ia pernah melihatku? 

Aku memang cukup dikenal di sekolah. Bukan karena kepintaranku, tetapi karena ayahku. Ayahku adalah seorang pegawai di sekolah ini. Oleh karena itu hampir setiap guru dan murid tahu diriku. Aku tak suka dengan hal itu. Aku ingin dikenal karena diriku sendiri. Bukan karena ayahku. Karena hampir semua murid tahu diriku, mereka bersikap seperti aku harus dihormati, harus dijaga sampai ketika aku terluka pun mereka khawatir yang menurutku semuanya perhatian itu palsu. Oleh karena itu, aku ingin membuktikan bahwa aku bisa, bukan karena ayahku.

Hari itu sama seperti biasa. Bel pulang berbunyi, dan aku bergegas pulang ke rumah. 

Keesokan harinya aku duduk di kelas ketika jam istirahat. Aku memang sudah terbiasa suka menyendiri. Dan aku takut dengan keramaian. Siang itu, Firman mengunjungi kelasku lagi, ia duduk di tangga dekat pintu kelasku. Lambaian tangan seolah simbol bahwa aku harus menemuinya.
“Ka, ini bukunya. Makasih ya”
“iya, Man”
“Eh ada yang nanyain lho”
“Siapa?”


Hai.. ini cerita pertama yang aku tulis, jadi masih kaku dan kurang jelas 😆 Mohon maaf atas penggunaan kata atau kalimat yang kurang mengenakan. Sangat terbuka dengan kritik dan saran.
Terimakasih telah membaca artikel ini. Jangan lupa kunjungi youtube Diary Jomblo ya guys. La gon na krab.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer